Senin, 25 Januari 2016

Cara Mengatur Penggunaan Gadget Pada Anak

Gadget adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yang artinya perangkat elektronik kecil yang memiliki fungsi khusus. Salah satu hal yang membedakan gadget dengan perangkat elektronik lainnya adalah unsur “kebaruan”. Artinya, dari hari ke hari gadget selalu muncul dengan menyajikan teknologi terbaru yang membuat hidup manusia menjadi lebih praktis.

Era komunikasi dan teknologi saat ini tidak dipungkiri telah banyak membatu manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Hubungan antar-manusia seakan tak berjarak. Begitu banyak pekerjaan yang terbantu dan dimudahkan oleh komunikasi dan teknologi yang semakin canggih.

Gadget bisa berbentuk televisi, handphone, komputer dan ragam bentuk yang sama (tablet,Pad), play station, dan berbagai perangkat elektronik lain yang selalu up to date dengan perkembangan zaman dan kebutuhan umat manusia.


Namun, dalam perkembangannya, keberadaan gadget ini juga membawa dampak yang tak diharapkan bagi kehidupan manusia. Tak sedikit di jumpai dalam kehidupan di dalam rumah tangga, sekeluarga yang tinggal dalam satu rumah, namun sibuk dengan kehidupan bersama gadget masing-masing. Anak asyik menonton televisi atau bermain game sementara orang tua juga tak kalah asyiknya mengotak-atik handphone-nya. Atau, seringkali juga orang tua menyaksikan sebuah keluarga yang mengadakan acara makan bersama di sebuah tempat makan, tampak secara fisik mereka duduk bersebelahan, akan tetapi secara psikis masing-masing mereka berjauhan, karena masing-masingnya asyik berinteraksi dengan handphone-nya masing-masing, Kiranya tak salah bila sebuah temuan yang menyatakan bahwa gadget dapat mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.

Fenomena yang terjadi saat ini, kita hidup dalam lingkungan yang terpapar teknologi dalam setiap aspek kehidupan. Gadget adalah bagian dari kecanggihan teknologi. Di satu sisi, mengenalkan teknologi lewat penggunaan gadget kepada anak merupakan cara menyiapkan si kecil untuk menghadapi dunianya kelak.

Bila kondisi itu terjadi, anak menjadi sangat bebas memakai gadget hingga terlalu lekat dengan gadget (gadget freak). Kekeliruannya di mana? Terkadang orang tua memberi model yang salah. Meski sudah berada di rumah, ayah atau bunda tidak bisa lepas dari gadget, termasuk saat quality time bersama anak. ’’Bahkan, ada yang menjadikan gadget sebagai babysitter, menenangkan si kecil yang rewel dengan memberikannya gadget. Gadget dijadikan pengganti pemenuhan kebutuhan emosional kepada anak. Itu sangat tidak bijak,’’ papar Vera.

Belum lagi fitur yang diakses juga tidak terawasi. Bisa saja anak melihat konten-konten yang tidak sesuai untuk usianya seperti konten kekerasan, pornografi, dan hal-hal negatif lainnya. Sebagai langkah antisipatif, orang tua bisa mengaktifkan fitur parental control pada smartphone. Aplikasi yang tidak cocok bagi anak pun tersaring. ’’Games di smartphone belum tentu aman untuk anak. Ada yang mengandung kekerasan, ucapan kasar, dan pornografi. Orang tua harus melek teknologi sehingga bisa membentengi anak dari efek negatif,’’ ujarnya.

Bila difungsikan secara bijak, gadget punya banyak manfaat. ’’Dengan gadget, kita bisa mengirim pesan, menelepon, menjelajah internet, serta ada fungsi hiburan untuk main games, musik, dan video. Gadget bisa juga dijadikan media belajar, menyimpan e-book atau menulis jurnal. Nah, tinggal bagaimana pemanfaatannya,’’ katanya.

Misalnya, anak usia dua tahun bisa belajar huruf, angka, serta mengenal warna lewat media gadget. Anak yang sudah masuk usia sekolah dapat menuliskan jurnal lewat aplikasi di smartphone. Pemanfaatan gadget memiliki fungsi adaptif untuk mengembangkan kreativitas anak bila digunakan dengan tepat. Belajar

Berdasar rekomendasi American Academy of Pediatrics (AAP), bermain pasif itu maksimal 1–2 jam setiap hari. Nge-game di smartphone termasuk kategori bermain pasif. Memanfaatkan gadget sebagai media belajar tidak termasuk bermain pasif. ’’Selain itu, tetap padukan dengan permainan aktif seperti sepak bola dengan teman sebaya atau main petak umpet. Dengan begitu, biasakan anak bersosialisasi,’’ tutur psikolog yang berpraktik di RS Pondok Indah Jakarta tersebut.
Yang terpenting dari kesemuanya adalah kesadaran bahwa gadget hanyalah alat bantu manusia, maka penggunaan gadget yang bijak, baik untuk anak maupun orang tua akan menghindarkan kita semua dari perilaku negatif dari pengguanaan gadget yang tidak bijak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar